Sunday, June 18, 2006

review film

by Irna N. Putri

Memento

You think I just want another puzzle to solve? Another John G. to look for? You're John G. So you can be my John G... Will I lie to myself to be happy? In your case Teddy... yes I will.

Ingatan.

Apa yang akan kita lakukan bila kita kehilangan kemampuan kita untuk membentuk ingatan?

Leonard Shelby (Guy Pearce), seorang mantan investigator untuk perusahaan asuransi berada dalam misi untuk menemukan pembunuh istrinya (Jorja Fox). Tujuannya hanya satu - balas dendam. Masalahnya, Leonard tidak memiliki ingatan jangka pendek. Bersamaan dengan pembunuhan istrinya, Leonard mengalami kerusakan otak. Walaupun ingatan sebelum kejadian tersebut baik - baik saja, namun Leonard tidak mampu untuk mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Untuk membantu dirinya, Leonard membuat catatan di foto Polaroid dan tato di sekujur tubuhnya. Dalam usahanya melacak pelaku pembunuhan istrinya, Leonard dibantu oleh Teddy (Joe Pantoliano) dan Natalie (Carrie-Ann Moss).

Dengan menggunakan alur mundur, Christopher Nolan mengajak kita untuk ikut merasakan dunia Leonard : seperti membaca buku dari halaman paling belakang - kita tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Pengeditan yang menghasilkan akhir sebuah adegan merupakan awal dari adegan sebelumnya membuat kita semakin menyelami dunia Leonard. Menampilkan beberapa adegan dalam warna hitam - putih juga membuat perbedaan waktu begitu terasa. Setiap adegan seperti memberi potongan dari teka - teki yang kita tidak tahu bagaimana susunannya dan menghasilkan finale yang tak terduga.

Memento adalah film yang mengingatkan kita sampai sejauh mana kita dapat mempercayai ingatan kita, yang terkadang kita manipulasi agar kita merasa lebih baik...

Menonton film ini memerlukan konsentrasi tinggi, karena itu singkirkan teman yang terlalu banyak bicara dan gantilah dengan semangkuk besar pop corn dan soda. Walaupun ada kemungkinan besar anda tidak akan menyentuhnya karena terlampau terpaku pada layar di depan ada, tenggelam dalam dunia Leonard Shelby.

Tapi jangan terlalu serius juga, karena Christopher Nolan sudah bersusah payah menyelipkan humor segar di beberapa adegan:

[Running] Okay, what am I doing?
[Sees Dodd also running]
Leonard Shelby: I'm chasing this guy.
[Dodd has a gun, shoots at Leonard]
Leonard Shelby: Nope. He's chasing me.

Tentu dia tidak ingin penontonnya mengerutkan kening sepanjang film berlangsung bukan?


Shinobi


What would you choose? Your love? Or your family honor and your responsibilities?

Berlatar era Tokugawa, dua klan ninja yang bermusuhan, Iga dan Koga, diberi mandat oleh sang shogun untuk memilih lima petarung terbaiknya dan bertarung sama lain. Permusuhan antar klan mereka nampaknya tidak dapat menghalangi Gennosuke (Odagiri Joe) dan Oboro (Nakama Yukie) untuk saling jatuh cinta dan menikah diam - diam. Hal menjadi buruk untuk keduanya ketika mereka terpilih untuk memimpin kelima petarung bagi masing - masing klan. Gennosuke dan Oboro, sebagai pemimpin bagi klan mereka harus memilih antara cinta dan tanggung jawab, sementara rencana shogun yang sesungguhnya mulai terungkap di depan mata mereka...

Kalau anda berharap film Shinobi akan penuh adegan laga layaknya film Kill Bill, anda tentu akan kecewa. karena film ini, sejalan dengan sub judulnya, Heart Under Blade, lebih mengetengahkan kisah cinta antara Gennosuke dan Oboro.

Namun, walaupun tidak banyak, adegan pertarungan a la ninja disuguhkan dengan koreografi yang sangat menarik dan indah untuk ditonton.

Shinobi bagaikan kisah
Romeo & Juliet dengan setting ninja. Pertentangan antar keluarga, cinta terlarang, tragic ending, akan anda temukan semua disini. Bisa dibilang, Shinobi adalah potret orang jepang zaman dulu. Dimana diatas cinta masih ada harga diri, dan diatas harga diri masih ada kesetiaan pada penguasa...

Jika anda menyukai film - film X - Men, maka anda akan menyukai Shinobi.

X-Men : The Last Stand


Marie / Rogue : What's wrong is I can't touch my boyfriend without killing him. Other than that I'm wonderful.

Kalau anda dihadapkan pada pertanyaan :

Ingin jadi manusia dengan super power atau tetap jadi manusia biasa?

Mungkin kita, layaknya anak kecil, akan berkhayal. 'Wah, kalau saya bisa menghilang layaknya Invisible Girl, saya akan mengintip pria tetangga super tampan yang sedang ganti baju...'

Para mutan dihadapkan pada pertanyaan yang kurang lebih sama : ingin tetap jadi mutan atau jadi manusia biasa. Para siswa Profesor Xavier (Patrick Stewart) dan mutan di seluruh dunia dihadapkan pada pilihan sulit ini. Mereka tenggelam dalam dilema. Obat untuk 'menyembuhkan' mereka telah ditemukan. Sementara itu, Magneto (Ian McKellen) yang berpendapat bahwa 'obat' ini hanyalah usaha untuk menyingkirkan ras mutan, membentuk tentara mutan bernama Brotherhood. Dibantu oleh sisi gelap dari Jean Grey (Famke Janssen) yang menyebut dirinya Phoenix, Magneto berupaya untuk menghentikan rencana tersebut. Perang antar mutan pun dimulai!

X-Men : The Last Stand disebut - sebut sebagai film terakhir dari film X-Men. Dengan durasi satu jam tiga puluh menit, film ini adalah yang paling singkat durasinya ketimbang dua film terdahulu. Dengan durasi sesingkat itu, sutradara Brett Ratner menampilkan banyak tokoh mutan baru, seperti Beast (diperankan dengan begitu kharismatik oleh Kelsey Grammer) dan Juggernout, yang sayangnya mengakibatkan nyaris tidak adanya pengembangan tokoh dan mengesankan penyutradaraan yang terburu - buru.

Walaupun lebih singkat, film ini mengandung lebih banyak action dan drama dibandingkan kedua film terdahulu. Hugh Jackman berhasil menyampaikan perasaan Wolverine yang tahu cepat atau lambat ia harus membunuh wanita yang begitu ia cintai kepada penonton. Cukup mengundang air mata, sebenarnya.

Bagi anda penggemar film action, anda tentu akan puas dengan special effect dan animasi CGInya yang sangat menarik untuk disaksikan.

Film ini mungkin agak terlalu dewasa untuk anak - anak, jadi jangan biarkan anak anda menonton tanpa ditemani orang dewasa.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home