Friday, June 16, 2006

Mainstream-Sidestream Amerika Serikat
Karina Miatantri
Mainstream vs Sidestream. Populer vs MarjinaL Common culture vs Counter culture. Apalah namanya. Adanya suatu budaya tandingan yang menjadi penyeimbang dari apa pun yang bersifat umum. Perdebatan tentang masalah ini tampaknya tidak pcrnah mCnCmukan titik 3cias. Apakah ada batasan yang jciaS dari scmuanya? Mungkinkah untuk meng pin point-kan perbedaan-perbedaan itu? Bahkan, sebenarnya, perlukah kita memberi batas untuk menentukan mainstream atau sidestream? Bukanl:ah semuanya merupakan suatu kesatuan yang hanya berputar mengikuti waktu dan sewaktuwaktu segala sesuatunya dapat berubah, baik itu musik, tari, film, atau jenis seni apa pun?
Amerika Serikat. Sebuah negara dengan penduduk lebih dari 290.000.000 orang. Sebuah negara yang begitu berkuasa sehingga produk dan kebudayaannya tersebar dan mercsap ke hampir seluruh dunia. McDonalds, Baywatch, sitkom, Playboy .... Liberalismenya begitu kuat sehingga berhasil menciptakan suatu iklim dimana semua orang berlomba-lomba untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Kapitalisme modem.
Kapitalisme modem selalu dikaitkan dengan pencarian labalprofit. Sistem ckonomi inilah yang tampaknya paling dominan di dalam dunia ini. Di scbagian besar bidang industri yang ada pasti pada akhirnya selalu mengutamakan pencapaian keuntungan yang semaksimal mungkin. Begitu juga halnya pada industri film. Meski pun, seperti yang telah disebutkan di atas, hal ini tidak berlaku untuk semua industri. Dalam hal ini, tidak semua produser film mengutamakan-kasarnya-profit.
Membicarakan perfilman Amerika, yang terlintas pertama-tama dalam pikiran kebanyakan orang pastilah Hollywood. Warner Bros., 20"' Century Fox, MGM, Walt Disney, Touchstone, dan Paramount Pictures hanyalah beberapa contoh dari sekian banyak major production houses di Hollywood. Sebagai distributor, salah satu contohnya adalah Miramax. Perusahaan seperti ini hanya berperan sebagai penyalur atau pendistributor film, dan bukan pemroduksi. Mereka mencari film-film yang bagus dan potensial dari seluruh dunia lalu mendistribusikannya secara luas. Contoh-contoh film Miramax antara lain adalah The Hours, Life Is Beautiful(La Vita e Bella), dan Chocolat. Hollywood juga adalah salah satu contoh industri Amerika Serikat yang memonopoli
pasar dunia, meski pun tidak di semua negara. Contoh terdekat yang dapat dilihat adalah Indonesia. Meski pun akhir-akhir ini di bioskop-bioskop perbandingan antara film dalam negeri dengan film luar negeri cukup berimbang (paling tidak film dalam negeri selalu ada) tetapi sebelum kebangkitan perfilman Indonesia yang kita alami sekarang ini, filmfilm Hollywoodlah yang menguasai bioskop-bioskop.
Hollywood saat ini disebut-sebut sedang mengalami masa transisi. Permulaannya bisa ditandai dengan keluarnya film American Beauty dan Magnolia pada tahun 1999. Dengan ide cerita dan penggarapan yang baik, American Beauty berhasil meraup keuntungan hingga lebih dari $130.000.000, dengan anggaran produksi $15.000.000, suatu jumlah yang dapat dibilang cukup sedikit untuk ukuran Hollywood. Kemunculan kedua film ini dianggap sebagai masa transisi, karena sejak itu Hollywood tampaknya mulai melirik gaya-gaya art house dalam pembuatan film, seperti movement kamera yang statis dan penonjolan latar/set, dalam artian set tidak hanya sebagai latar dari sebuah adegan, tetapi bagian penting dari adegan tersebut. Sebagai contoh adalah film The Pledge, yang disutradarai oleh Sean Penn dan dibintangi oleh Jack Nicholson. Pada film ini dapat dilihat ciri khas dari Sean Penn yang banyak mengandalkan pengambilan shot yang statis. Sedangkan untuk perbandingannya dapat kita lihat pada film One Hour Photo yang juga mempunyai kesamaan dengan The Pledge dalam pengambilan gambar.
One Hour Photo dapat digolongkan sebagai film yang cukup revolusioner. Mengapa? Film yang revolusioner dapat didefinisikan sebagai sebuah break through, dimana film tersebut menjadi pionir untuk sesuatu, misalkan idenya atau sinematografinya. Film ini disutradarai oleh Mark Romanek yang lebih dulu dikenal sebagai sutradara video klip. One Hour Photo muncul sebagai sebuah film yang dingin, rigid, dan kaku dengan pengambilan shot yang statis dan zoom out, tetapi film ini masih tetap dapat diterima (accesible) bagi orang awam melalui warna-warnanya yang cerah dan terang, dan terutama karena adanya Robin Williams yang berperan sebagai tokoh utama Sy Parrish. Contoh film- film lain yang dapat digolongkan revolusioner antara lain adalah Being John Malkovich yang disutradarai oleh Spike Jonze. Ide cerita yang unik membuat film in] menjadi sangat menonjol dan memperoleh nominasi Academy Award,
dan ada juga film seri Twin Peaks yang disutradarai oleh David Lynch. Banyak orang yang beranggapan bahwa film mil adalah inspirator dari terciptanya serial X Files.
Penggolongan mainstream dan sidestream sebenarnya bisa dilihat dari banyak sisi, maka dari itu tidak ada satu pun penilaian yang dapat dianggap sepenuhnya benar atau pun salah. Dengan melihat kenyataan bahwa sistem ekonomi yang paling dominan di dunia pada saat ini adalah kapitalisme modem, kita bisa melihat pembagian mainstream dan sidestream dari maksud atau tujuan di balik pembuatan film tersebut. Film mainstream dibuat dengan memikirkan pasar(siapa penontonnya), kemudian produser juga tentunya mempersiapkan sebuah cerita yang akan memuaskan penonton atau sesuai dengan selera pasar, dan pada akhirnya memperhitungkan keuntungan yang mungkin didapat. Sedangkan film sidestream dapat dibuat untuk memajukan sesuatu. Baik itu dapat mengundang kritik, membuat orang berpikir, atau banyak hat lainnya. Jika sebuah film menjadi pionir pada masanya, contohnya adalah jika sebuah film science fiction keluar ketika semua film yang beredar adalah komedi, film tersebut belum tentu dapat digolongkan sebagai sebuah film sidestream. Produser film tersebut mungkin saja sudah menentukan pasar dan timing yang tepat untuk film itu dan kemungkinan profit yang akan diperoleh. Dengan melihat melalui sudut pandang mil, film tersebut dapat digolongkan sebagai sebuah film mainstream.
Sebenarnya mainstream dan sidestream adalah sesuatu yang bersifat relatif. Penilaiannya bisa ditentukan dari berbagai macam sudut pandang dan tolak ukur. Apakah itu dari timeline, story telling, plot, dan banyak lagi hat lainnya. Tidak ada pedomanpedoman atau pakem yang pasti mengenai hat ini. Jika kita melihat sebuah timeline, semua hat yang menjadi trend pada tahun 60an pada masa sekarang akan dianggap sebagai sesuatu yang bersifat retro. Dan mungkin saja dalam waktu beberapa tahun lagi semuanya akan berputar kembali dan gaya hidup tahun 60an akan menjadi sesuatu yang umum dan diikuti oleh kebanyakan orang. Inilah yang membuktikan kerelatifan dari mainstream-sidestream. Cara memandang keberadaan mainstream atau pun sidestream pastinya berbeda-beda pada tiap orang, sesuai dengan point of view masing-masing.
Mainstream mungkin juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat dominan pada kurun waktu tertentu, diikuti atau disukai oleh kebanyakan masyarakat. Dan
mainstream tentu saja dapat kembali lagi menjadi sidestream sesuai dengan perputaran waktu. Pihak mainstream hanya menunggu sidestream untuk menciptakan suatu revolusi kemudian dengan mudahnya mereka membuat semua itu menjadi trend. Dan karena adanya sistem kapitalisme modern, maka mainstream akan kembali lagi kepada tujuan profit making, tetapi, sekali lagi, penjabaran masalah mainstream dan sidestream sebenamya tidak bisa dilakukan dengan semudah ini. Mainstream dan sidetream dapat dipandang melalui berbagai aspek yang berbeda. Masalahnya mungkin ada di diri tiap orang, apakah Anda sendiri bisa bersikap terbuka dalam memandang permasalahan ini?






thx to imdb.com, telepopmusik, and of course, nishkra

0 Comments:

Post a Comment

<< Home