Friday, June 16, 2006

Anak-anak VS Dewasa
Oleh Ariantia Yoewono

Katanya manusia akan semakin dewasa wiring bertambahnya umur, yang berarti akan lebih bertanggung jawab, lebih bijaksana, dapat membedakan mana yang baik, mana yang buruk, dan mengerti apa yang harusnya diutamakan untuk dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan. Namun, tanpa kita sadari yang wring terjadi adalah kebalikannya. Tidak sedikit orang yang semakin bertambah umurnya bukan semakin bijaksana tetapi malah semakin serakah, hanya memikirkan kepentingan sendiri. Tidakkah kita sadari sebenarnya semakin kita bertambah besar, semakin kita mengenal keadaan dunia yang sebenarnya, kita mengatur strategi yang kuat untuk menghadapi dunia di hari-hari berikutnya? Dengan begitu tanpa kita sadari, setidaknya sedikit sifat serakah, mementingkan diri sendiri dan sifat tidak baik lainnya yang diajarkan di TK dulu untuk dihindari akan terianam di hati kita. Tetapi kita j uga manusia, tidak ada yang sempurna. Jika kadarnya hanya sedikit saja, mungkin tidak akan mempengaruhi masalah yang besar. Namun bagaiman jika kita tidak dapat mengendalikan diri? Bagaimana jika kita terus mengikuti keserakahan kita? Jika semua manusia di dunia seperti itu, kita hidup tidak akan tenang. Dan saya rasa sudah cukup banyak manusia yang seperti itu hidup di dunia, mungkin kita termasuk di dalamnya. Hayao Miyazaki tampaknya peka tentang hal ini, dan dia berusaha mengingatkan kita dalam karta-karyanya.
Salah satu karya Hayao Miyazaki yaitu Castle in The Sky, yang diproduksi pada tahun 1980-an ini, menceritakan tentang sebuah negeri yang melayang di udara bernama Laputa dan dua anak, Sheeta dan Pazu, yang mencari keberadaan negeri yang telah melegenda tersebut. Film ini memberitahukan kita akan kepolosan anak-anak yang membuat anak-anak menjadi lebih mulia daripada orang dewasa. Seperti yang dilakukan oleh Sheeta dan Pazu saat Muska yang telah mendapatkan kekuasaan atas Laputa mulai tidak terkendali menghabisi semua pasukan tentara yang datang bersamanya. Selain My Neighbor Totoro, Castle in The Sky merupakan karya Hayao Miyazaki yang mungkin akan menjadi salah satu film favorit bagi anak-anak. Selain ceritanya yang tidak terlalu berat untuk diikuti, juga ide cerita yang sangat dekat dengan imajinasi anak-anak. Berpetualang bersama para perompak menggunakan kapal perompak untuk menemukan negeri yang melayang di udara, saya rasa cerita tersebut tidak jauh dari lamunan anak-anak saat mereka bermain.
Saya kira film ini juga masih menarik untuk dinikmati oleh orang dewasa. Masih dapat membuat kita tenggelam di dalamnya. Mencurahkan konsentrasi kita kepada film itu dan ikut merasakan petualanganyang dialami oleh Sheeta dan Pazu. Namun ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya yaitu karakter Pazu terlihat berlebihan dalam arti tidak biasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Walaupun karakter Pazu yang sangat mandiri sej ak ayahnya meninggal saat dalam usaha membuktikan kembali bahwa Laputa, negeri yang melayang di udara itu bener-benar ada, tampaknya hidup sendiri untuk anak yang baru berumur 11 tahun agak sulit untuk diterima. Semandiri-mandirinya anak yang berumur 11 tahun, saya rasa belum bisa sampai tinggal sendiri. Karena saya sendiri saat berada di umur segitu saya belum bisa mengatur diri sendiri. Kapan saya harus makan, makanan seperti apa yang baik untuk kesehatan dan mana yang tidak baik. Hal kecil seperti itu saja belum mengerti apalagi untuk tinggal sendiri, mengurus rumah sendiri. Apa jadinya saat masalah yang serius datang, saya pasti akan membutuhkan orang tua saya, setidaknya orang yang lebih tua dari saya, untuk membantu saya menyelesaikan masalah tersebut.
Musik yang digunakan dalam Castle in The Sky juga dalam film-film lain karya Miyazaki sangat minimalis. Soundtrack yang tidak asing dikuping, jika sudah pernah menonton film-film Miyazaki lainnya, digunakan sangat efektiĀ£ Musik instrumental yang tepat memperkuat adegan-adegan. Namun dubbing yang kurang tepat agak merusak ekspresi setiap tokoh. Sangat terasa pada Pazu, hasil dubbingnya terdengar tidak alami. Rasanya sama seperti saat menonton sinetron Indonesia yang setiap tokohnya berbicara dalam bahasa Indonesia yang dipaksakan baku sehingga terdengar sangat kaku dan tidak alami.
Dalam film-filmnya, Hayao Miyazaki menyampaikan pesan-pesan yang kebanyakan berkaitan dengan sifat orang dewasa melalui karakter anak-anak. Selain dalam Castle in The Sky, hal ini juga terlihat dalam film lainnya yaitu salah satunya Spirited Away. Di dalam film tersebut tergambarkan bagaimana sifat seorang anak kecil lebih mulia dari pada sifat kedua orang tuanya. Memang benar orang tua mengajarkan hal yang baik kepada anaknya, namun hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa sifat orang tua dalam menghadapi lingkungan luar atau masyarakat luar sama baiknya dengan yang mereka ajarkan kepada anaknya. Sang anak yang belum bisa menentukan dengan tegas mana yang baik dan mana yang buruk tidak dapat melihat bagaimana sebenarnya sifat orang tuanya itu dan berjuang keras untuk menyelamatkan kedua orang tuanya yang berubah menj adi babi karena memakan makanan sebuah kedai di suatu desa yang mereka temukan saat sedang jalan jalan di dekat rumah baru mereka tanpa izin.
Sedangkan dalam My Neighbor Totoro lebih menonj ol sisi imaginasi seorang anak kecil. Di sana kita diingatkan untuk menghargai setiap perkataan anak kecil clan ticlak menganggap remeh pendapat dan perkataan seorang anak kecil. Dengan begitu kita dapat menghargai anak yang walaupun umurnya tidak sampai setengah dari umur kita. Pada dasarnya hati anak-anak merupakan hati yang paling mulia karena mereka masih sangat polos clan belum mengenal kejamnya keadaan dunia yang sebenarnya. Kita tidak boleh malu untuk belajar dari mereka. Untuk itu pertama kita harus menghargai mereka.
Selain menyampaikan pesan-pesan yang kebanyakan berkaitan dengan sifat orang dewasa melalui karakter anak-anak juga, dalam film-film karya Miyazaki dimunculkan masalah mengenai ekologi. Di hampir setiap filmnya selalu ada pohon besar clan lapangan rumput yang luas atau taman. Pokoknya suatu lingkungan alam yang belum (atau memang tidak) dibangun bangunan di atasnya.
Lain dengan film Castle in The Sky, dua film di atas (Spirited Away dan My Neighbor Totoro) clan film-film Miyazaki kebanyakan, menonjolkan khas tradisional Jepang. Contohnya dalam SpiritedAway tempat Chihiro bekerja di dunia gaib menggambarkan sekali keadaan yang sangat Jepang. Mulai dari pakaian khas Jepang (Kimono) yang dikenakan oleh para makhluk gaib, sampai penjamuan tamu-tamu yang datang ke tampat tersebut. Sedangkan dalam My Neighbor Totoro kita bisa melihat kehidupan desa di Jepang. Apabila anda sudah pernah datang kesana anda akan merasa sangat rindu clan ingin kembalilagi karena dalam My Neighbor Totoro tergambarkan sangat mirip dengan keadaan yang sebenarnya. Namun j ika anda belum pernah merasakan berada di tempat seperti di dalam film My Neighbor Totoro clan ingin melihat bagaimana kehidupan di Jepang, tentunya bukan kehidupan kota yang sudah modern seperti sekarang namun kehidupan tradisional, anda bisa menonton dua film di atas. Mungkin ini merupakan salah satu upaya Miyazaki dalam rangka mamperkenalkan negaranya lebih luas lagi kepada dunia.
Cara yang tepat untuk menyentuh hati orang dewasa. Mungkin itu kalimat yang dapat saya lontarkan untuk karya-karya Miyazaki.Dengan menggunakan karakter anakanak dia berusaha mengetuk orang-orang dewasa agar melihat kembali, instropeksi diri apakah mereka pantas mendapatkan gelar "Dewasa" yang seharusnya menjadi contoh bagi anak-anak generasi penerusnya. Namun sisi hiburan juga tidak dilupakan. Tidak sedikit adegan yang dapat menghibur hati orang dewasa juga anak-anak sehingga karya-karyanya dapat dinikmati bersama keluarga termasuk anak-anak. Selain untukorang dewasa juga terdapat pembelajaran bagi anak-anak agar kelak tidak menjadi orang dewasa yang salah.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home